Desa Wisata Wayang Sidowarno, Upaya Perajin dan Penggiat Agar Budaya Wayang Tetap Lestari


Perajin wayang 
doc: IG Desa Wisata Wayang Sidowarno


Pagi itu bis kecil yang membawa kami tidak bisa sampai di tempat tujuan karena jalanan terlalu sempit untuk dilalui. Membuat saya dan beberapa teman harus meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.

Kami pun bergegas, menyebrangi jembatan melewati sungai Bengawan Solo mati karena saat ini sungai sudah dialihkan ke jalur lain, lalu disambut dengan penanda bahwa kami sudah memasuki desa wisata wayang. Bahkan kami disambut dengan alunan gending Jawa yang kami pikir tempat berlangsungnya acara.

Ternyata kami salah. Suara itu berasal dari rumah penduduk yang sepertinya penggemar gending Jawa yang letaknya persis di depan jembatan.

Kami masih harus berjalan beberapa ratus meter lagi untuk sampai di tempat tujuan. Setelah melewati sebuah gapura yang bertuliskan “Butuh Senandung Dewi, Sidowarno Puppet Festival”, sampailah kami di Joglo Omah Wayang, pusat kegiatan masyarakat, tempat teman-teman telah berkumpul. Sesuai dengan namanya, di sekitar joglo dipenuhi dengan banyak lukisan dan ornament wayang. Ada lukisan tokoh-tokoh wayang juga di tembok-tembok sekitar Joglo.

Hari itu kami mengunjungi Desa Wisata Wayang Sidowarno untuk mengikuti paket wisata edukasi dan bertemu dengan perajin wayang dan penggiat di desa Sidowarno. 
 Ya, siapa sangka di tengah pedesaan yang tidak jauh dari kota masih ada desa dan warga yang setia nguri-uri budaya Jawa, masih terus mengasah potensi desa dan masyarakatnya hingga kini bisa menjadi bagian dari Kampung Berseri Astra.

Desa Wisata Wayang Sidowarno, Agar Budaya Wayang Tetap Lestari


Sejarah Desa Wisata Wayang Sidowarno

Desa Wisata Wayang Sidowarno 

Menurut Wikipedia, wayang adalah seni pertunjukkan tradisional asli Indonesia yang berasal dan berkembang pesat terutama di pulau Jawa dan Bali. Wayang merupakan salah satu warisan mahakarya budaya Indonesia yang sudah diakui UNESCO dan mancanegara. Bahkan UNESCO menetapkan wayang sebagai sebuah Warisan Mahakarya Dunia yang Tak Ternilai dalam Seni Bertutur.

Meski saat ini kesenian wayang sendiri sudah banyak tergeser dengan seni populer/modern, tapi masih ada beberapa orang dan daerah yang masih setia melestarikan wayang. Bahkan menjadi mata pencaharian dan pemberdayaan yang berkelanjutan bagi seluruh warganya.

Salah satunya adalah Desa Sidowarno, yang kini dikenal sebagai desa wisata dan edukasi. Desa ini terletak di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Berbatasan langsung dengan kota Sukoharjo.

Menurut cerita dari guide kami waktu itu, sejarah desa wayang ini tidak lepas dari seorang perajin bernama Mbah Kasimo (alm).

Mbah Kasimo adalah orang pertama yang belajar belajar menatah wayang di wilayah Sonorejo dan akhirnya mengajarkan ilmu yang didapatkannya selama bertahun-tahun secara sukarela kepada warga lainnya. Ilmu membuat wayang ini akhirnya berlanjut secara turun temurun, dari satu warga ke warga lainnya, sampai hari ini. Saat ini ada sekitar 70 orang perajin wayang yang berada di Desa Sidowarno, menurun dari sekitar 100 orang karena minimnya regenerasi.

Mulai dari proses pembuatan bahan baku, menggambar desain, menatah, mewarnai/sungging, sampai akhirnya wayang bisa diambil oleh pemesan semuanya dilakukan oleh perajin Desa Sidowarno.

Proses Pembuatan Wayang

Pembuatan wayang dimulai dari pemilihan bahan baku utama yaitu kulit kerbau atau sapi. Tetapi perajin lebih memilih menggunakan kulit kerbau karena lebih lebar dan lebih kuat dibandingkan kulit sapi.
Pertama-tama kulit kerbau akan direndam, dijemur, lalu dilakukan pengerokan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan aroma kerbau dan membersihkan kulit dari bulu kerbau.
Proses pengerokan bahan baku wayang 
Dari proses pengerokan ini akan didapatkan dua jenis limbah yang ternyata bernilai ekonomis, limbah hitam (kerokan pertama) dan putih (kerokan kedua). Limbah hitam bisa digunakan menjadi pupuk organik sampai pengusir hama tikus di sawah. Sedangkan limbah putih dijadikan krupis (krupuk tipis) yang bisa digoreng atau dicampurkan ke dalam masakan.

Setelah proses pengerokan selesai, kulit akan kembali direndam. Lalu memasuki proses pengenthengan atau proses menjemur kulit dengan memaku kulit di setiap ujungnya pada alat penjemur yang dibuat khusus. Tujuannya untuk membuat kulit kering sempurna tanpa ada kerutan. Proses ini biasanya memakan waktu sekitar 4-5 hari jika matahari bersinar dengan terik.
Bahan baku dan kulit yang sudah ditatah
Langkah selanjutnya adalah memotong kulit sesuai dengan kebutuhan dan mendesain/memberi sketsa pada kulit tersebut. Pakem dari sketsa ini menyesuaikan dengan karakter wayang yang ada namun perajin bisa menambahkan sketsa hiasan di luar karakter utamanya. Kulit yang sudah diberi sketsa gambar kemudian memasuki proses penatahan atau memahat kulit sesuai dengan sketsa.
Menatah kulit wayang
Proses yang cukup menguras kesabaran menurut saya. Karena setiap inci sketsa harus ditatah/dipahat sedetail mungkin menggunakan 23 alat pahat yang berbeda. Proses yang memakan waktu berhari-hari ini dikerjakan oleh perajin khusus yang memang ahli dalam menatah.

Selanjutnya kulit akan memasuki proses sungging/pewarnaan. Proses akhir yang memiliki tujuan agar karakter wayang lebih hidup ini juga dilakukan oleh perajin khusus yang memang sudah mahir di bidangnya. Setelah proses sungging selesai barulah wayang bisa diserahkan kepada pemesan.
Proses sungging/pewarnaan
Wayang-wayang buatan Desa Sidowarno ini dijual mulai dari ratusan ribu sampai 5 juta rupiah perkarakter. Sedangkan untuk harga perpaket bisa mencapai 200 juta rupiah dan akan semakin mahal jika menggunakan lapisan emas. Pemesannya sendiri biasanya dalang-dalang dari berbagai daerah atau penggemar wayang dari seluruh Indonesia bahkan mancanegara.

Selain membeli wayang, banyak orang yang datang ke Sidowarno untuk belajar atau sekadar melihat proses pembuatan wayang itu sendiri. Tidak hanya warga sekitar Klaten, desa ini juga dikunjungi banyak pecinta kesenian wayang dari dalam maupun luar negeri.

Paket Wisata Edukasi di Desa Wisata Wayang Sidowarno


Kemarin saya dan teman-teman sampai di joglo (pusat edukasi) sekitar jam 9 pagi dan langsung mengenakan selendang batik yang disediakan oleh panitia. Kami juga disuguhi berbagai jajan pasar yang diletakkan dalam tampah dengan segelas teh panas dan wedang jahe panas sebagai minumannya. Nikmat sekali rasanya menyeruput segelas jahe hangat setelah kedinginan karena cuaca peralihan di bulan Agustus ini.

Setelah itu kami memulai perjalanan wisata edukasi. Pertama kami melihat proses pembuatan wayang mulai dari proses penyediaan bahan baku utama, pengerokan, proses sketsa, tatah, sampai proses sungging. Seru sekali karena baru sekali ini saya melihat langsung proses pembuatan wayang dari nol.
Penjelasan mengenai pemilihan dan pembuatan bahan baku wayang kulit
Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju area memanah yang sudah kami lewati saat kedatangan tadi. Ada beberapa bilah sasaran panah yang disediakan dan beberapa bapak pemandu yang siap mengajari kami. Meskipun sempat beberapa kali gagal, akhirnya saya bisa melempar busur panah ke arah sasaran dan mendapat skor yang cukup memuaskan. Hore…!!
Serunya jemparingan/memanah di Desa Wisata Wayang Sidowarno 

Bapak-bapak pemandu jemparingan yang ramah
Dari area memanah, kami melanjutkan ke tujuan wisata berikutnya yaitu minum jamu dan pemasangan payet. Kami juga ikut menjajal memasang payet pada kain-kain yang sudah disediakan.

Seru sekali melihat bagaimana para perajin payet dengan cekatan memasukkan jarum ke dalam lubang payet yang kecil-kecil dalam sekali waktu.
Proses pemasangan payet pada gaun pengantin Jawa
Menurut Bapak Mardi, baju pengantin Jawa berbahan beludru ini bisa dijual mulai belasan juta hingga puluhan juta rupiah. Tergantung kualitas bahan dan model yang diinginkan.

Baju pengantin Jawa Mbak Selvi dan Mbak Kahiyang yang sangat indah dan detail itu rupanya juga dibuat di sini. Karena semua pemasangan payet dilakukan handmade oleh ibu-ibu perajin yang sudah sangat ahli memayet.

Setelah itu kami melihat satu rumah perajin hiasan dinding kaligrafi berbahan baku kulit kambing. Kami juga sempat melihat bagaimana proses perendaman sampai hiasan jadi yang sudah siap untuk diambil pemesannya.

Pengalaman wisata edukasi di Desa Wisata Wayang yang sungguh berkesan.

Untuk paket Desa Wisata sendiri ada banyak mulai dari paket edukasi /workshop pembuatan wayang, paket minum jamu tradisional, paket jemparingan/memanah, dan paket makan/memancing di kali mati Bengawan Solo yang kami lewati tadi, sampai pertunjukkan wayang.

Ya, Sidowarno kini telah berkembang dari desa perajin wayang kulit menjadi desa wisata yang menyediakan banyak paket wisata edukasi yang dikelola secara bersama oleh perajin, warga, sampai generasi muda. Bahkan tour guide kami yang juga merupakan salah satu admin dari desa wisata kemarin masih duduk di bangku kuliah.

Hal ini selaras dengan visi misi Desa Sidowarno untuk terus berupaya mengembangkan kecintaan para generasi muda terhadap wayang, nguri-uri serta menjaga budaya lokal terutama wayang agar terus bisa eksis di era gempuran kesenian dan budaya asing/modern.

Karena itu desa perajin ini kemudian bertransformasi menjadi desa wisata demi mempertahankan keberlanjutan budaya wayang dan keberlangsungan hidup perajin wayang di Desa Sidowarno. Bersama-sama para perajin berkarya menggali potensi-potensi baru di desa ini agar bisa semakin memberikan manfaat baik untuk warga Desa Sidowarno dan budaya kesenian wayang itu sendiri.

Keuletan dan semangat mempertahankan budaya wayang hingga keinginan untuk terus memberi manfaat dan mengedukasi orang banyak inilah yang akhirnya mengantarkan Desa Sidowarno terpilih oleh CSR Astra International menjadi salah satu Kampung Berseri Astra pada tahun 2018.

Desa Wisata Wayang Sidowarno Terpilih Menjadi Kampung Berseri Astra

Perjalanan Desa Wisata Wayang Sidowarno ini untuk terpilih menjadi Kampung Berseri Astra yang ke 74 tentulah tidak mudah. Ada banyak aspek potensi terutama potensi manfaat keberlanjutan dan upaya bersama dari masyarakat untuk melestarikan potensi itu sendiri juga menjadi yang menjadi poin utama sebuah desa bisa dianggap layak untuk menjadi bagian dari Kampung Berseri Astra.

Kampung Berseri Astra (KBA) ini merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan yang diimplementasikan kepada masyrakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar yaitu pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan. (satu-indonesia.com) 

Astra International ingin berkolaborasi bersama dengan masyarakat mewujudkan kampung yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif. Tentu saja hal ini disambut baik oleh warga Desa Sidowarno dan perajin wayang pada saat itu.

Besar harapan mereka dengan bergabungnya Desa Wisata Wayang Sidowarno ke dalam KBA, bisa meningkatkan kesejahteraan warga, memanfaatkan potensi desa sebagai desa wisata, semakin mengenalkan kesenian wayang, dan sebagai jembatan regenerasi agar semakin banyak generasi muda yang mau ikut melestarikan kesenian budaya wayang.
Saat ini program CSR Astra melalui Kampung Berseri Astra sudah dilakukan melalui 4 pilar yaitu: 
  1.  Pilar Kesehatan: Astra memberikan bantuan fasilitasi untuk kesehatan masyarakat dukuh Butuh, Desa Sidowarno. Bantuan kesehatan ini juga diimplementasikan bersama dengan Posyandu Balita dan Posyandu Lansia Desa Sidowarno.
  2. Pilar Pendidikan: Astra dan para perajin berkolaborasi dalam peningkatan regenerasi perajin wayang melalui edukasi pembuatan wayang dari tingkat SD, SMP, SMA. Selain itu, pilar pendidikan juga mewujudkan edukasi menari bagi anak-anak dan generasi muda.
  3. Pilar Lingkungan: Astra dan warga di Desa Sidowarno bersama bergotong-royong mengadakan pengelolaan sampah untuk memujudkan kampung bersih.
  4. Pilar Wirausaha: Astra dan perajin berkolaborasi dengan perajin lain dalam proses pembuatan wayang kulit.
 
Wujud kolaborasi KBA pada pilar kesehatan
Pic: IG Desa Wisata Wayang Sidowarno 

Wujud kolaborasi warga & KBA dalam pilar lingkungan
Pic: IG Desa Wisata Wayang Sidowarno 

Kolaborasi antara KBA dengan Desa Wisata Wayang Sidowarno ini telah memberikan dampak berkelanjutan secara nyata bagi perajin dan warga sekitar. Dampak berkelanjutan yang bisa dirasakan oleh perajin dan warga diantaranya adalah:
  • Adanya peningkatan pendapatan masyarakat secara umum sehingga kesejahteraan masyarakat pun ikut meningkat. - Budaya wayang makin berkembang dengan baik dan terus lestari.
  • Perajin wayang semakin terampil. Tidak hanya bekerja sebagai perajin tapi juga bisa menjadi pelatih, pembicara, bahkan pemandu wisata.
  • Adanya regenerasi perajin dengan munculnya perajin-perajin muda.
  • Adanya peningkatan UMKM dari sentra kuliner dan sentra lainnya. 

Desa Wisata Wayang Sidowarno yang sempat lumpuh ketika masa pandemi sehingga mengharuskan para perajin dan warga banting stir mencari pekerjaan seadanya kini mulai kembali menggeliat dan bangkit.

Semangat mereka bersama-sama melestarikan budaya wayang dan upaya bersama memajukan desa hingga menjadi desa wisata yang akhirnya memberikan dampak keberlangsungan untuk perajin dan warga sekitar juga membuahkan banyak prestasi dan penghargaan baik dari instansi pemerintah maupun non pemerintah.

Beberapa prestasi yang telah diraih oleh Desa Wisata Wayang Sidowarno di antaranya adalah: juara 1 Kompetisi Land Mark (KBA Super Prioritas), Juara 1 KBA Innovation, Juara Harapan 1 Kompetisi Desa Wisata Jateng Gayeng (kategori Kriya Budaya), Juara 1 Digital Desa Terkreatif oleh Bupati Klaten, dan prestasi-prestasi membanggakan yang lainnya.

Penutup Dari Desa Wisata Wayang Sidowarno

Serunya merasakan paket wisata edukasi di Desa Wayang Sidowarno

Akhirnya perjalanan kami di Desa Wisata Wayang Sidowarno ini harus berakhir. Kamipun harus berpamitan dengan para perajin, penggiat desa, dan desa yang luar biasa.

Tapi sebelum itu, ada banyak pesan yang disampaikan oleh para penggiat wayang untuk kita semua. Mereka berharap agar budaya wayang ini terus lestari di tengah gempuran budaya modern, karena itulah mereka mengajak seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahan untuk bersama-sama nguri-uri budaya lokal.

Selain itu mereka juga berharap kepada pemerintah agar budaya lokal ini bisa masuk ke dalam kurikulum sekolah. Tujuannya agar semakin banyak generasi muda yang mengenal wayang dan ikut melestarikan budaya lokal ini.

Para perajin dan penggiat desa wisata  dari desa yang memiliki moto moto “Wayangku, wayangmu, wayang kita semua” juga berharap agar masyarakat dan pemerintah terus mau membimbing, memberi support dan dukungan agar Desa Wisata Wayang Sidowarno ini bisa terus lestari dan memberikan dampak berkelanjutan bagi perajin dan warga Desa Sidowarno.

Salam wayang. Wayangku, wayangmu, wayang kita semua…

Tidak ada komentar