Alan Efendhi dan Usaha Aloe Vera yang Berdampak Berkelanjutan Demi Memberikan Manfaat Pada Sesama


"Kita harus memiliki usaha yang nantinya berdampak bagi lingkungan. Karena ada hadist yang mengatakan, sebaik-baiknya manusia adalah yang berdampak/bermanfaat bagi orang lain." -Alan Efendhi, Penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2023 Bidang Kewirausahaan-

Siang itu, saya banyak belajar tentang bagaimana semua orang bisa menjadi manfaat bagi sesamanya. Semua orang bisa bermimpi untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi sesama dan lingkungannya. 

Ya, saya banyak mendapatkan inspirasi dari seorang Alan Efendhi. Lelaki kelahiran Desa Katongan, Nglipar, Gunung Kidul yang rela meninggalkan pekerjaan mapannya demi memberi manfaat bagi warga di sekitarnya.

Alan Efendhi tidak pernah menyangka keputusannya untuk kembali ke tanah kelahirannya untuk menjadi petani dan berwira usaha akhirnya membawanya berkarya. Karya yang memiliki dampak berkelanjutan bagi kehidupan yang lebih baik. Bersama dengan warga sekitar dan menggandeng pemerintahan setempat, Alan terus berinovasi agar bisa memberikan produk unggulan yang terbaik dan sehat bagi lingkungan.

Menjadi pengusaha memang merupakan impiannya sejak di bangku sekolah. Hal itulah yang memantapkan hatinya untuk keluar dari pekerjaannya di Jakarta dengan gaji yang menurutnya lebih dari cukup kala itu. Selain ingin membersamai orangtuanya, Alan juga berkeinginan untuk memajukan lingkungannya.

Tapi Alan yang memiliki hobi naik gunung ini sempat kebingungan ingin menanam apa di tanah kelahirannya yang dikenal panas dan sering mengalami kesulitan air.

Gunung Kidul sendiri adalah salah satu kawasan beriklim tropis yang didominasi oleh kawasan perbukitan kars. Kondisi ini menyebabkan lahan di sebagian daerah Gunung Kidul kurang subur, panas, minim air di mana hal ini tentunya berdampak pada kurang optimalnya budidaya pertanian.
“Apalagi di musim kemarau. Pertanian hampir lumpuh karena rata-rata mengandalkan sistem tadah hujan. Berbeda dengan Klaten, Solo, dan sekitarnya,” ucap Alan.
Hingga akhirnya setelah banyak membaca dan mencari informasi, dia menemukan beberapa tanaman yang dianggapnya bisa tahan dengan kondisi tanah di Gunung Kidul.

Sosok yang kemarin saya dan teman-teman Komunitas Digital Content Creator (DCC) Indonesia temui dalam rangkaian acara Roadshow Lomba Foto dan Anugerah Pewarta Astra 2024 di Solo yang diadakan oleh Astra Internasional dan berkolaborasi dengan Solopos Media Group ini bercerita banyak hal. Mulai dari perjalanannya menanam aloe vera hingga akhirnya usahanya itu memberikan dampak berkelanjutan bagi warga sekitarnya dan berhasil membawanya menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards pada bidang kewirausahaan pada tahun 2023.

Perjalanan Hulu ke Hilir Alan Efendhi Menanam Aloe Vera Hingga Menemukan Rasane Vera

Mengapa Menanam Aloe Vera

Tanaman aloe vera milik Mas Alan
doc: IG Alan Efendhi

Sebelum menanam aloe vera, Alan Efendhi pernah mencoba untuk membudidayakan komoditas pepaya, anggur, dan buah naga. Tapi ternyata ketiga komoditas itu tidak dapat bertahan karena membutuhkan perawatan ekstra. Terinspirasi dari sebuah komunitas di Pontianak yang bisa menanam aloe vera di lahan kritis (lahan gambut) dengan iklim yang luar biasa panas, Alan pun yakin untuk mencoba menanam aloe vera di Gunung Kidul.

Alan memutuskan untuk mencoba menanam aloe vera dan membeli bibit tanaman yang memiliki banyak khasiat ini sampai ke Pontianak dan Sidoharjo, dua kota yang terkenal dengan kualitas bibit lidah buayanya.

Pemuda lulusan STM yang sangat minim pengetahuan tentang pertanian ini pun mulai menanam aloe vera di kawasan Gunung Kidul. Dan betul saja, karakteristik lidah buaya yang mirip seperti kaktus, tahan di iklim panas dan bahkan bisa bertahan tumbuh meskipun setahun tidak mendapatkan air, berhasil tumbuh dengan baik.

Selain itu, Alan juga merasa bahwa prospek menanam aloe vera ini akan banyak memberikan manfaat. Tanaman yang kaya akan vitamin dan senyawa bioaktif seperti asam amino, mineral, dan antioksidan ini menurutnya bisa menjadi bahan baku utama dari banyak kebutuhan sektor industri seperti:
  • Industri kosmetik/kecantikan: Bisa digunakan untuk sampo, masker wajah, skincare atau body lotion
  • Industri Farmasi: Bisa digunakan untuk obat-obatan seperti obat pencahar alami, antiseptik, dll.
  • Industri pertanian: Bisa digunakan untuk pupuk voc (semua limbah lidah buaya mengandung unsur hara N, P, K, Ca, dan Mg yang bisa memberikan kelembaban tanah juga dapat meningkatkan sifat-fisik-kimia – http://jurnal.untan.ac.id).
  • Industri Food and Beverage: Bisa digunakan untuk bahan pokok industri makanan berbahan aloe vera seperti jeli, minuman, dll.

Ketekunan Alan belajar dan mengikuti banyak pelatihan membuahkan hasil. Tanaman aloe vera yang membutuhkan waktu antara 12 hingga 15 bulan dari mulai masa tanam hingga bisa dipanen ini tumbuh dengan baik. Bahkan beberapa pelepah aloe vera miliknya bisa mencapai berat hingga 2kg.

Setelah masa panen, Alan pun mulai mengolah aloe vera ini menjadi minuman. Hal yang dia pelajari selama kurun waktu 1 tahun ketika menunggu masa panen aloe vera tiba.

Memulai Produksi Rasane Vera 

Pada tahun 2016, Alan mulai memproduksi Rasane Vera dari tanaman aloe vera hasil panenannya. Produk pertama yang dibuat adalah minuman Nata de Aloe Vera dan saat itu masih dikemas menggunakan kemasan plastik yang diikat dengan karet.
 “Kalau kita kenal es lilin. Jadi plastik diikat pakai karet. Dan karena produk rintisan ya, jadi kita jajakan ke SD-SD, kantin, warung, puskesmas-puskesmas sebagai langkah awal pengenalan produk ke masyarakat,” tutur Alan. 
Alan berhasil mematahkan stigma di masyarakat jika aloe vera adalah tanaman yang pahit dan berlendir. Saat itu produknya mulai banyak dikenal masyarakat. Karena produk makanan dan minuman berbahan aloe vera masih cukup asing pada saat itu membuat banyak orang penasaran dengan rasa aloe vera ini.
 
Saat itu Alan sampai kehabisan stok bahan baku. Hal ini membuat Alan berinisiatif mengajak ibu-ibu di sekitar lingkungan rumahnya untuk ikut menanam. Selain sebagai stok bahan baku, Alan juga ingin memberdayakan warga sekitar. 

Tapi sayang niat baiknya tidak mendapat sambutan yang baik. Warga masih ragu karena tidak yakin hasil panenan mereka bisa dijual atau bisa dibeli seluruhnya oleh Alan. Apalagi saat itu Alan terhitung masih merintis usahanya.
Pembagian bibit aloe vera gratis kepada warga di Gunung Kidul
doc: IG Alan Efendhi

Tidak kehabisan akal, Alan memilih untuk membagikan bibit gratis pada keluarganya terlebih dahulu. Kemudian hasil panenan dari keluarganya ini diserap sepenuhnya untuk menjadi bahan baku produksi minuman milik Alan. Dari situlah akhirnya warga sekitar bahkan hingga tingkat kabupaten bersedia untuk ikut menanam aloe vera. Mereka melihat prospek yang bagus dari hasil tanaman tersebut dibandingkan dengan jagung atau kacang yang biasa mereka tanam.

Semangat menanam aloe vera ini juga merambah ke desa lainnya sehingga Alan dan produksi aloe veranya bisa mendapatkan pasokan bahan baku yang melimpah setiap tahunnya. Hingga saat ini Alan sudah memberdayakan 125 orang petani lidah buaya di lingkungan sekitarnya.

Pada tahun 2018 Alan juga mengumpulkan warga dan mempertemukan mereka dengan Bapak Bupati sebagai bentuk dukungan agar warga semakin semangat menanam. Alan juga meminta agar ke depannya aloe vera ini bisa menjadi salah satu ikon makanan khas dari Gunung Kidul.

Kendala yang Dialami

Seperti halnya banyak usaha-usaha di luar sana, Alan dan usahanya ini juga mengalami pasang surut.
 “Kita bener-bener bangun bukan dari nol, minus malahan. Saya hijrah dari Jakarta tanpa ilmu tentang pertanian dan kewirausahaan, tanpa mentor, modal ter batas. Kita mesti belajar survive. Dulu saya itu minimal balik modal aja sudah merasa senang, yang penting jualan, jualan, jualan,” tutur Mas Alan lagi ketika ditanya mengenai jungkir baliknya memulai usaha Rasane Vera.
Bahkan produk olahan aloe vera yang kemudian mulai dikemas dalam botol atau cup ini sering diretur karena masa simpannya yang sangat singkat, hanya berkisar 3 hari. Otomatis produk yang tidak laku dikembalikan. Setiap harinya tidak kurang dari 20 botol dikembalikan oleh pedagang, yang menurut Alan itu adalah pukulan berat bagi sebuah UMKM.

Belum lagi sistem pengelolaan hulu ke hilir miliknya juga sering mendapatkan kendala dari tanaman aloe vera miliknya sendiri. Jika musim hujan, tanamannya beresiko membusuk karena terlalu banyak terendam air. Dan di musim kemarau panjang ketika debit air jauh berkurang, tanamannya terancam kekeringan.

Tapi Alan yang berprinsip semua hal bisa dipelajari itu terus memutar otak dan belajar dari pengalaman bagaimana agar usahanya ini bisa mendapatkan profit.

Barulah pada tahun 2018, Alan bertemu dengan teman-teman dan mentor di bidang kewirausahaan yang bisa membantunya memperbaiki seluruh aspek dan kualitas produksinya. Dari sinilah Alan bisa memperbaiki kualitas dan packaging produknya hingga kini bisa bertahan sampai 6 bulan dari sebelumnya hanya 3 hari. Bahkan ketika masa pandemi, produk minuman dari aloe vera ini justru meningkat penjualannya. Hal ini terjadi karena Alan berhasil membangun narasi Rasane Vera ini adalah produk minuman yang bisa melancarkan metabolisme tubuh, mengandung banyak vitamin, dan sehat. 
Varian produk Rasane Vera
doc: Rasane Vera
Saat ini Rasane Vera yang bernaung di bawah Mount Vera Sejati sendiri sudah berkembang menjadi banyak varian produk makanan dan minuman seperti Nata de Aloe Vera, kripik aloe vera, permen jelly, Aloevera Cube Drink, dan Aloe Liquid.

Alan bersama dengan 12 karyawannya juga terus berinovasi dengan produk aloe veranya ini. Seperti membuat minuman aloe vera yang menggunakan pemanis dan pengawet alami seperti daun stevia pada minuman Aloe Liquid miliknya. Inovasi yang akhirnya bisa mengantarkan Alan mendapatkan SATU Indonesia Award dari Astra Internasional.

Terus Berkarya, Memberikan Dampak Baik Berkelanjutan dan Mendapatkan SATU Indonesia Award 

Terus berkarya dan berinovasi dalam menciptakan produk terbaik agar bisa memberikan dampak baik yang berkelanjutan bagi orang banyak memang cita-cita Alan sejak awal memulai usahanya.

Hal inilah yang membuat lelaki yang memegang prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling berdampak atau bermanfaat bagi orang di sekitarnya ini  memutuskan untuk mendaftar pada SATU Indonesia Award. Dia ingin keberhasilannya menjadi petani dan berwira usaha bisa dikenal lebih luas dan makin banyak menginspirasi anak muda untuk memulai hal positif yang sama. 

Bukan hal yang mudah, karena Alan sempat gagal ketika memutuskan untuk mendaftar pada tahun 2021. Akhirnya setelah melalui banyak pertimbangan, Alan kembali mencoba di tahun 2023. Dia menganalisa apa yang kurang dan membenahi narasi sampai obstacle/rintangan yang digunakan untuk mendaftar pada tahun sebelumnya. Alan pun berusaha fokus pada narasi yang benar-benar menjelaskan bahwa usahanya selama ini memiliki manfaat bagi orang banyak.
 
Alhamdulillah, kepedulian dan keprihatinannya pada makin banyaknya pengidap diabetes, gagal ginjal, dan obesitas di daerahnya; dan juga kepekaannya memanfaatkan lahan produktif sehingga meningkatkan pendapatan petani/mitra binaannya mengantarkannya terpilih menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Award dari sekian ribu pendaftar lainnya pada bulan November tahun 2023.

Dan rupaanya, inovasi Alan dalam menggunakan daun stevia sebagai pemanis yang sehat pada produk Aloe Liquid karena dia ingin hasil produksinya juga bisa dinikmati semua orang tanpa khawatir akan pemanis di dalamnya juga merupakan poin plus yang disukai para juri.
 
Alan sendiri sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari penerima SATU Indonesia Award. Dari sini Alan bisa makin memperbesar usahanya dengan membeli alat yang lebih canggih dan juga mendapatkan relasi dan koneksi baru dari program Astra yang lainnya seperti Desa Sejahtera Astra dan Kampung Berseri Astra.
Alan Efendhi saat menerima SATU Indonesia Award 

Tidak berhenti sampai di sini, sebagai perwujudan cita-cita untuk terus berkarya dan memberikan dampak keberlanjutan bagi sesama dan juga sebagai salah satu resonansinya, pada tahun 2018 Alan mendirikan Aloe Land.

Harapan Alan, Aloe Land bisa menjadi sarana edukasi bagi anak muda pada khususnya dan orang banyak yang ingin mengenal tentang aloe vera dan belajar bagaimana membangun usaha yang sama. Bahkan saat ini sudah banyak orang-orang yang belajar dari hulu ke hilir mengenai manajemen budi daya aloe vera sampai dengan pengolahannya.

Alan ingin mengajak banyak anak muda di luar sana untuk mulai bertani dan memulai usaha yang memiliki dampak berkelanjutan bagi lingkungan dan sesama. 

Dengan penuh semangat Alan mengatakan dia paling senang saat mendengar ada alumni dari Aloe Land yang mengabarkan kalau mereka sudah berhasil mengolah aloe vera atau mengaplikasikan kegiatan di Aloe Land dengan komunitas lain dengan mengadaptasi cara yang sama.

Alan juga terus berinovasi utuk terus bisa menciptakan produk yang memiliki banyak manfaat dan demi bisa meluaskan jangkauan produknya. Inovasi terbarunya adalah penggunaan madu klanceng sebagai bahan pemanis, pengawet, dan perasa alami. Minuman yang aman untuk penderita diabetes dan kolesterol. Bahkan memiliki klaim kesehatan dan sudah dibuktikan oleh BRIN. Rencananya produk ini akan dipasarkan setelah mendapatkan BPOM TR pada tahun depan.
Kegiatan edukasi di Aloe Land. Siapapun bisa datang & belajar di sini.
doc: Aloe Land

Harapan Alan Efendhi Untuk Generasi Muda:  Berkaryalah, Bersama Membangun Usaha yang Berkelanjutan Untuk Indonesia

Itulah tadi cerita yang sangat inspiratif dari seorang Alan Efendhi, pemilik Mount Vera Sejati dengan merek produk Rasane Vera yang memproduksi makanan dan minuman sehat dengan bahan baku aloe vera. Cita-citanya untuk bisa bermanfaat bagi sesama meski tanpa modal besar dan minim pengetahuan justru bisa membawanya menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Award. 

Apresiasi luar biasa yang membuat karya dan cerita inspiratif Alan makin dikenal luas oleh banyak generasi muda.

Besar harapan Alan agar setelah mendengar kisah-kisah inspiratif seperti ini akan  semakin banyak generasi muda yang mau berkarya, bersama-sama, dan menciptakan hal positif yang memiliki dampak berkelanjutan bagi lingkungan, orang di sekitar, dan Indonesia.

Apalagi menurut Alan, semua hal itu bisa dipelajari (baik dari literasi buku, internet dan lainnya) dan semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi seorang wirausaha.

Harapannya agar makin banyak generasi muda yang mau berkarya bersama dan memiliki usaha yang  berkelanjutan yang memberikan dampak baik bagi lingkungan dan Indonesia semoga senantiasa diaminkan semesta.

Karena sungguh, kita butuh banyak anak muda dengan pemikiran serupa demi keberlangsungan Indonesia.

Tidak ada komentar